.

Tampilkan postingan dengan label Dasar-dasar Fotografi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Dasar-dasar Fotografi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Januari 2010

Mengungkap rahasia foto bagus



Tulisan ini merupakan saduran dari artikel di photosecrets.com, saya menyukainya dan lebih suka membacanya dalam bahasa sendiri, dengan gaya sendiri. Awalnya saya publikasikan di thread forum, namun untuk kemaslahatan bersama saya pindahkan ke halaman artikel. Mudah-mudahan bermanfaat, khususnya bagi saya dan pemula lainnya, dan bagi para senior yang fotonya tentu bagus-bagus. Tetapi tentu saja, tanpa latihan dan usaha yang gigih, artikel ini hanya akan menjadi kisah nyata yang biasa kita baca di surat kabar.

Kita punya teman bernama fotografi, teman sempurna dalam berpergian, dinas ke daerah, ziarah, piknik, mudik atau mendaki bukit. Fotografi bikin kita percaya diri jelajahi tempat yang kita kunjungi, orang-orang yang kita jumpai; fotografi bikin perjalanan jadi lebih berarti, dan bersamanya kita nikmati asyiknya mencintai seni. Fotografi membuat kita lebih bersyukur atas anugerah penglihatan dan kesempatan melihat tanda-tanda keagungan Ilahi. Nikmat yang tak dapat diukur dan ditakar.

Fotografi menjadi alasan kuat untuk aktivitas kita, pergi mengunjungi berbagai tempat yang sebelumnya tak punya niat, pulang telat, membeli alat, dst. Hasrat membara untuk dapatkan bidikan yang mantap mendorong kita bersusah payah mengeksplore sebuah tempat hingga semak belukar, memutar-mutari apa yang akan kita ambil gambarnya, mencari-cari sudut pengambilan untuk menemukan keunikan dan keindahan yang tak terlupakan, kadang pencarian ini juga beresiko fatal jika tidak dilakukan dengan hati-hati dan perhitungan nalar.

Menemukan viewpoint terbaik adalah perisitiwa besar, jantung anda berdebar, lama mata anda menatapnya dengan berbinar, anda mungkin berpikir, apakah ini waktu yang tepat untuk mengambil gambar, anda mungkin akan mendirikan tenda dan menunggu moment terbaik dari waktu ke waktu, dari fajar hingga asar, dari Maret hingga Desember. Anda menjadi seorang yang ulet dan sabar.

Ketika anda menekan shutter release, anda mengikat sebuah jalinan pribadi yang manis dengan tempat dan orang-orangnya. Anda di sana . Fotografi melindungi kenangan perjumpaan anda dengan apa yang ada di dalamnya. Lalu kita perlihatkan kepada yang lain tentang tempat dan suasana yang menarik di mana kita pernah di sana , pemandangan yang menakjubkan, orang-orang yang mengagumkan. Jiwa anda pun tergambar.

Gambar-gambar suka mempengaruhi pikiran kita, suka menggoda kita, memaksa kita untuk bermain di dalamnya atau berimajinasi dengannya. Foto-foto yang kita buat dapat mendorong orang lain untuk ingin mengalami sendiri keindahan atau keasyikan yang disajikan foto tersebut. Tentu saja, foto pemandangan yang indah dan model yang seksi akan membangkitkan keinginan dan imajinasi yang berbeda. Keinginan yang timbul tanpa sadar.

Siapa saja bisa menjadi anggota fotografer.net. Artinya siapa saja bisa memotret. Dengan tambahan pikiran kreatif dan usaha yang tak kenal surut, anda dapat menciptakan gambar hebat yang menunjukkan kreasi dan interpretasi anda terhadap apa yang anda lihat dan jepret. Memang kecepatan dan percepatan pencapaian tiap orang akan berbeda, satu bisa terkejar yang lain, tetapi tak apa itu wajar. Tak usah gusar.

Untungnya, bagus tak perlu mahal, foto bagus bisa dibuat dengan peralatan minimalis dan sedikit pengetahuan data teknis. Rahasianya adalah melihat secara artistik dan kritis. The art of seeing. Bisikanlah pertanyaan ini di dalam hati: Apa yang saya lihat, dan bagaimana saya melihatnya? Sebuah foto bagus punya kualitas yang menunjukkan keahlian, rasa seni, ketertarikan, dan kepribadian dari fotografernya. Maka kita bisa tahu foto bagus siapa. Tapi tak bisa tahu foto jelek siapa, tanya kenapa?

So, keep jepret sajalah, just capture when seeing good moment ... semoga tulisan ini bermanfaat :-)

Apa sih Exposure Value (EV) ?


EV = Exposure Value

Nilai EV adalah perpaduan antara shutter speed dan diafragma, bisa juga dikatakan sebagai nilai seberapa terang/gelap foto tersebut.

Angka EV adalah angka untuk 1 kali exposure (1 frame 1 take), tidak berlaku untuk double/multi exposure. Lebih lengkap lagi, EV adalah hasil perhitungan antara speed, diafragma, dan ISO. Berikut ini rumusnya:

EV = log2(aperture2 x (1/shutter speed) x (ISO sensitivity/100))

Dalam fotografi, EV adalah banyaknya sinar yang diperlukan untuk 1 kali exposure, angka EV juga melambangkan perpaduan yang pas antara shutter speed dengan diafragma untuk mendapatkan exposure normal, tidak kurang dan tidak lebih.

Jadi misalnya, Anda berada di ruangan A mendapatkan speed 1/125 dan diafragma 5.6 serta ISO 100. Berarti nilai EV adalah 12. Dan ketika Anda berada di ruangan B Anda mendapatkan diafragma 4, maka untuk mendapatkan nilai EV (besar gelap/terang) yang sama, Anda sebaiknya menggunakan speed 1/250 Karena nilai EV 1/125 & 5.6 dengan 1/250 & 4 adalah sama.

Di dalam feature kamera, beda EV dapat kita atur sesuai dengan keperluan, mengubah beda EV di kamera sama dengan mengubah kompensasi exposure.Beda kompensasi ada yang 1/2 atau 1/3. Di kamera saya, Canon Powershot A70, dalam mode P,Av, dan TV, EV dapat diatur seperti hal diatas. Kalau dalam mode Manual (M), beda EV dapat dicari dengan mengkombinasikan speed dan diafragma.

Sering kita lihat dalam spesifikasi kamera ada tulisan (contoh): SLR Light Meter : EV 1-20 at ISO 100 and f/1.4 Ini berarti jika Anda menggunakan lensa dengan diafragma f1.4 dan film ISO 100, pembuat kamera menjamin pembacaan nilai EV dari nilai 1-20 akan akurat.

Akan tetapi jika anda menggunakan lensa dengan diafragma f/4.0, light meter kamera akan membaca beda 3 stop, maka akan pembacaan light meter akan akurat di nilai EV 4-23.

Catatan: dengan menggunakan lensa yang berbeda maka tingkat keterangan suatu foto akan berbeda. Tetapi jika menggunakan film dengan ISO yang berbeda, maka tingkat keterangan suatu foto akan sama.

Rabu, 20 Januari 2010

Sekilas Tentang Komposisi dalam Fotografi


Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, shape, form, warna, terang dan gelap. Cara anda menata komposisi dalam jendela bidik akan diinterprestasikan kemudian setelah foto anda tersebut dicetak. Yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact- sebuah kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi dalam foto anda. Dengan demikian anda perlu menata sedemikian rupa agar tujuan anda tercapai, apakah itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatumengejutkan, beda, eksentrik. Dalam komposisi klasik selalu ada satu titik perhatian yang pertama menarik perhatian. Hal ini terjadi karena penataan posisi, subordinasi, kontras cahaya atau intensitas subjek dibandingkan sekitarnya atau pengaturan sedemikian rupa yang membentuk arah yang membawa perhatian pengamat pada satu titik.

Secara keseluruhan, komposisi klasik yang baik memiliki proporsi yang menyenangkan. Ada keseimbangan antara gelap dan terang, antara bentuk padat dan ruang terbuka atau warna-warna cerah dengan warna-warna redup. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, bila dibutuhkan mungkin anda akan membutuhkan komposisi anda seluruhnya simetris. Seringkali gambar yang anda buat lebih dinamis dan secara visual lebih menarik bila anda menempatkan subjek ditengah. Anda harus menghindari sebuah garis pembagi biarpun itu vertikal.

Untuk menghindari sebuah gambar yang dinamis diperlukan juga kehadiran irama. Irama ini terjadi karena adanya pengulangan berkali-kali sebuah objek yang berukuran kecil. Kehadiran irama dalam gambar mengesankan adanya suatu gerakan.

•Garis
Fotografer yang baik kerap menggunakan garis pada karya-karya mereka untuk membawa perhatian pengamat pada subjek utama. Garis juga dapat menimbulkan kesan kedalaman dan memperlihatkan gerak pada gambar. Ketika garis-garis itu sendiri digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah gambar-gambar menjadi menarik perhatian. Tidak penting apakah garis itu lurus, melingkar atau melengkung, membawa mata keluar dari gambar. Yang penting garis-garis itu menjadi dinamis.

•Shape
Salah satu formula paling sederhana yang dapat membuat sebuah foto menarik perhatian adalah dengan memberi prioritas pada sebuah elemen visual. Shape adalah salah satunya. Kita umumnya menganggap shape sebagai outline yang tercipta karena sebuah shape terbentuk, pada intinya, subjek foto, gambar dianggap memiliki kekuatan visual dan kualitas abstrak. Untuk membuat shape menonjol, anda harus mampu memisahkan shape tersebut dari lingkungan sekitarnya atau dari latar belakang yang terlalu ramai. Untuk membuat kontras kuat antara shape dan sekitarnya yang membentuk shape tersebut. Kontras ini dapat terjadi sebagai akibat dari perbedaan gelap terang atau perbedaan warna.
Sebuah shape tentu saja tidak berdiri sendiri. Ketika masuk kedalam sebuah pemandangan yang berisi dua atau lebih shape yang sama, kita juga dapat meng-crop salah satu shape untuk memperkuat kualitas gambar.

•Form
Ketika shape sendiri dapat mengindentifikasikan objek, masih diperlukan form untuk memberi kesan padat dan tiga dimensi. Hal ini merupakan faktor penting untuk menciptakan kesan kedalaman dan realitas. Kualitas ini tercipta dari bentukan cahaya dan tone yang kemudian membentuk garis-garis dari sebuah objek. Faktor penting yang menentukan bagaimana form terbentuk adalah arah dan kualitas cahaya yang mengenai objek tersebut.

•Tekstur
Sebuah foto dengan gambar teksur yang menonjol dapat merupakan sebuah bentuk kreatif dari shape atau pattern. Jika memadai, tekstur akan memberikan realisme pada foto, membawa kedalaman dan kesan tiga dimensi ke subyek anda.
Tekstur dapat terlihat jelas pada dua sisi yang berbeda. Ada tekstur yang dapat ditemukan bila kita mendekatkan diri pada subyek untuk memperbesar apa yang kita lihat, misalnya bila kita ingin memotret tekstur permukaan sehelai daun. Ada pula saat dimana kita harus mundur karena subyek yang kita tuju adalah pemandangan yang sangat luas. Tekstur juga muncul ketika cahaya menerpa sebuah permukaan dengan sudut rendah, membentuk bayangan yang sama dalam area tertentu.
Memotret tekstur dianggap berhasil bila pemotret dapat mengkomunikasikan sedemikian rupa sehingga pengamat foto seolah dapat merasakan permukaan tersebut bila menyentuhnya. Sama seperti pattern, tekstur paling baik ditampilkan dengan beberapa variasi dan nampak melebar hingga keluar batas gambar.

•Patterns
Pattern yang berupa pengulangan shape, garis dan warna adalah elemen visual lainnya yang dapat menjadi unsur penarik perhatian utama. Keberadaan pengulangan itu menimbulkan kesan ritmik dan harmoni dalam gambar. Tapi, terlalu banyak keseragaman akan mengakibatkan gambar menjadi membosankan. Rahasia penggunaan pattern adalah menemukan variasi yang mampu menangkap perhatian pemerhati.
Pattern biasanya paling baik diungkapkan dengan merata. Walaupun pencahayaan dan sudut bidikan kamera membuat sebuah gambar cenderung kurang kesan kedalamannya dan memungkinkan sesuatu yang berulangkali menjadi menonjol.
Dengan mempelajari prinsip-prinsip komposisi di atas, berikut ini adalah beberapa jenis yang dapat anda gunakan :

•Rule of thirds
Bayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar. Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang pusat akan mendapat daya tarik maksimum.

•Format : Horizon atau Vertikal
Proporsi empat persegi panjang pada viewinder memungkinkan kita untuk melakukan pemotretan dalam format landscape/horizontal atau vertikal/portrait. Perbedaan pengambilan format dapat menimbulkan efek berbeda pada komposisi akhir. Lihatlah pada jendela bidik secara horizontal maupun vertikal dan tentukan keputusan kreatif untuk hasil terbaik.

•Keep it simple
Dalam beberapa keadaan, pilihan terbaik adalah keep it simple. Sangat sulit bagi orang yang melihat sebuah foto apabila terlalu banyak titik yang menarik perhatian. Umumnya makin �ramai� sebuah gambar, makin kurang menarik gambar itu. Cobalah berkonsentrasi pada satu titik perhatian dan maksimalkan daya tariknya.

•Picture scale
Sebuah gambar yang nampak biasa namun menjadi menarik karena ada sebuah titik kecil yang menarik perhatian. Dengan pemotretan landscape atau monument, kembangkan daya tarik pemotretan dengan menambahkan obyek yang diketahui besarnya sebagai titik perhatian untuk memberikan kesan perbandingan skala.

•Horizons
Merubah keseimbangan langit dan tanah dapat mengubah pemandangan gambar secara radikal. Bila gambar hampir dipenuhi oleh langit akan memberikan kesan polos terbuka dan lebar tapi bila langit hanya disisakan sedikit di bagian atas gambar, akan timbul kesan penuh.

•Leading lines
Garis yang membawa mata orang yang melihat foto ke dalam gambar atau melintas gambar. Umumnya garis-garis ini berbentuk :
Garis-garis yang terlihat secara fisik misalnya marka jalan atau tidak terlihat secara langsung misalnya bayangan, refleksi.

•Be different
Barangkali ada bidikan-bidikan lain yang dapat diambil selain pendekatan dari depan dan memotret paralel ke tanah. Bergerak mendekat dari yang diduga seringkali menghasilkan efek yang menarik.

•Colour
Membuat bagian dari gambar menonjol dari background. Cara utama untuk memperoleh hal ini adalah memperoleh subyek yang warna atau nadanya berbeda secara radikal dengan background.

•Framing
Bila subyek secara khusus mempunyai bentuk yang kuat, penuh frame dengan subyek. Baik itu dengan cara menggunakan lensa dengan fokus lebih panjang atau bergerak mendekati subyek.

•Shooting position
Ketika kita merasa jenuh dengan komposisi yang itu-itu saja, cobalah meurbah sudut pandang sepenuhnya. Misalnya posisi duduk ke posisi berdiri atau pengambilan bidikan dari atas atau bawah dari subyek.

•Number of subject
Pemotretan dengan banyak subyek yang relatif seragam, kurang menarik dari pandangan komposisi. Temukanlah salah satu subyek yang berbeda diantara sekian banyak subyek tersebut. Berbeda diartikan berbeda gerakan, bentuk dan warna.

Demikian sekilas komposisi dalam fotografi, semoga artikel saya membantu.

Dasar Pencahayaan


Orang kadang membedakan antar teknik pemotretan outdoor dgn indoor. Padahal semuanya sama. Pada dasarnya ada main light (Sumber cahaya utama) dan ada fill in light (Sumber cahaya pengisi).

Kalau di outdoor main light nya adalah matahari dan fill in nya adalah pantulan cahaya matahari yg tdk langsung mantul melalui tanah, langit, batu, laut dll. Kalau di indoor juga sama. Harus ada main light dan kemudian fill in nya bisa 1 atau lebih tergantung efek yg mau diangkat.Perbedaan kekuatan pencahayaan antara main light dan fill in yg akan menimbulkan contrast.

Matahari pagi langsung dimana unsur UVnya masih rendah dgn sudut sinar yg miring ditambah dgn pantulan cahaya dr sekitarnya membuat sudut pencahayaan yg menarik dgn tingkat contrast yg tinggi. Matahari yg terlindung awan mengakibatkan mainlight yg dihasilkan tdk jauh berbeda dgn fill in hasil pantulan sekitarnya menimbulkan efek flat / tanpa dimensi yg teduh. Di Indoor hal ini juga bisa dibuat; sudut datangnya sinar, tingkat kekontrasan, tingkat kekesasan dll.

Perbedaan utama antara outdoor dan indoor terletak pada factor kendali. Kalau outdoor kendali ada pada alam. Manusia hanya memanfaatkan / mengoptimumkan kondisi yg sedang terjadi. Di indoor manusia yg pegang kendali. Sudut sinar, efek keras / halus, kekontrasan, dll bisa di set sesuai keinginan.


Menghasilkan karya foto yang indah rasanya sudah menjadi suatu hasrat yang umum di kalangan pelaku seni fotografi. Bahkan seringkali menjadi suatu obsesi bagi sebagian mereka. Dalam upayanya, maka digelarlah puluhan lomba foto ini-itu dengan intensitas dan frekuensi yang sangat tinggi. Mulai dari lomba foto tingkat klub sampai lomba paling bergengsi a la Salon Foto Indonesia. Membajirlah ratusan bahkan ribuan foto-foto juara yang telah diapresiasi dan dinilai sebagai foto yang "bagus", "indah","eksotis", "unik", dan seribu penghargaan lainnya.


Sebagai seorang pengamat sekaligus pelaku seni -yang awam dan sangat tidak dikenal- di luar dunia fotografi, sayapun terbawa ke dalam antusiasme untuk mencoba ikut menikmati foto-foto hasil hiruk-pikuk lomba melukis dengan cahaya ini. Pertanyaan yg paling awal muncul dlm diri sendiri "bagaimana membuat sebuah foto yang indah?"

Apakah sebuah foto yg "indah" adalah sebuah foto dalam definisi keindahan yang sangat eksplisit (bentuk, warna, komposisi, gelap-terang, pola) semata? Semuanya cukup berhenti di sana? Bukankah keindahan adalah sesuatu yg sangat subyektif dan pribadi sifatnya?. Bagaimana mungkin seperangkat aturan yg standard dan general bisa menangkap seluruh dimensi perasaan banyak manusia lain? Saya tidak bicara soal kesempurnaan teori/format/teknis sebuah foto, karena semua foto yg dibilang bagus itu tentulah sudah dinilai "layak lomba" dan oleh karena itu secara teknis tentulah sudah dikatakan "layak jadi juara". Namun seperti yang juga saya pernah baca, bukankah foto yg indah tidak selalu foto yang benar secara teknis??.

Saya pun mulai banyak bertanya kepada diri sendiri. Beberapa pekan dalam keraguan dan kebimbangan. Berdialog dengan teman, sahabat, dan hati nurani...

Keindahan membutuhkan "rasa", esensi kesadaran paling mendalam dari si pelaku seni yang mengalir melalui hasrat dan panca inderanya dan akhirnya mewujud kedalam karya seninya. Sebuah lukisan adalah juga cermin jiwa si pelukis. "It's not a painting, it's me". Dan rasa sangatlah subyektif sifatnya, karena ia terbentuk pada tataran alam bahwa sadar oleh pengalaman-pengalaman pribadi individu dalam berinteraksi dengan orang-orang, kultur, dan alam di sekitarnya.

Keindahan, jadinya sangatlah subyektif sifatnya. Indah menurut saya, belum tentu dibilang indah menurut orang lain. Dalam session penjurian foto misalnya, sesudah terpenuhinya aspek teknikal fotografi, seringkali sebuah foto dinilai 9 "istimewa" dan pada saat yang sama juga dinilai 1 "jelek sekali" oleh juri yang lain. Bukan karena masalah format/teknisnya, tapi lebih karena ternyata "rasa"-nya tidak selalu nyambung dengan "rasa" seluruh anggota jurinya.

Oleh karena itu, jika karya foto hendak ditempatkan sebagai suatu "karya seni" dan ingin diapresiasi sebagai sebuah karya seni, maka seyogianya ia harus diperlakukan sebagaimana kita mengapresiasi karya seni lainnya seperti seni lukis, seni patung, seni batik, seni sastra/puisi, dan lain-lain. Rasanya hampir tidak pernah kita dengar ada lomba lukis kecuali untuk anak-anak. Hampir tidak ada lomba seni patung, kecuali untuk pembuatan monumen yang spesifikasi wujudnya sudah jelas. Hampir tidak ada lomba lukis batik kecuali dlm program mempromosikan museum yg semakin sepi.

Pujangga-pujangga puisi saat ini justru mereka yg berani melepaskan diri dari format2 baku yg ada. Pada kenyataannya, para pelaku seni itu terus berkreasi dan terus berekspresi melalui medianya masing-masing, dengan gayanyanya masing-masing, untuk mengkspresikan "rasa" individu masing-masing. Everybody is unique. Mencoba menilai sederetan karya seni dengan suatu kriteria teoritis/format/teknis baku sama artinya dgn melakukan standarisasi impresi. Suatu tindakan yg justru bertentangan dengan spirit berkesenian yang membebaskan! Membebaskan pelaku seni dari tuntutan untuk mengorbankan "rasa" demi mengikuti selera orang lain (mohon bedakan antara sebuah karya seni sebagai "seni" dengan sebuah karya seni sebagai "komoditi"). Membebaskan penikmat seni dari segala acuan formal tentang "bagaimana membaca dan mengapresiasi suatu karya seni" serta kriteria baku bagus-tidak bagusnya suatu karya seni. Bukankah tidak semua orang menyukai gaya melukisnya Affandi? Tapi siapa yang bilang kalau lukisannya Affandi "lebih jelek" dari lukisannya Basuki Abdullah?.

Just shoot and keep learn...