.

Kamis, 28 Januari 2010

Suatu sore di sudut gedung itu

Sore itu, saat mentari mulai beranjak pulang ke peraduannya, hmmm... saat yang bagus untuk mengambil beberapa foto diantara gedung yang kokoh dan jendela besarnya yang angkuh, so... inilah beberapa hasil jepretanku :

An Empty Space ?

What a sunset reflection on the window....Nice !!


Hummmmm......

What an expression ...


SSSttttttt !!!!

Another expression.....



Big Wall ??



Ekspresi yang menarik dengan refleksinya yang unik


What are you looking for ??

Is it your passion gal ??


No theme


Big glass window with its reflection ...ummm nice


And so, berikan komentarnya ya, thanks for viewing ...

Salam jepret..:-)

Rabu, 27 Januari 2010

Memotret objek bergerak


Apabila kita menyukai foto-foto candid selama dalam perjalanan ataupun liburan, tentunya kita banyak menemui objek-objek menarik yang sedang bergerak. Objek anak-anak yang sedang bermain, mobil yang sedang ngebut di arena balap, close-up burung yang sedang terbang, dan objek bergerak lainnya memang menarik untuk difoto. Sayang, seringkali kita mendapatkan gambar yang blur akibat gerakan objek, atau gambar yang tidak tajam akibat objek yang tidak fokus. Walaupun blur dan ke”tidak fokus”an bisa digunakan sebagai teknik untuk menciptakan foto-foto yang unik, pada umumnya kita menginginkan objek utama foto kita tajam dan fokus.

Beberapa kiat di bawah mungkin bisa digunakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

1. Gunakan shutter speed tinggi

Untuk objek bergerak, shutter speed yang digunakan harus cukup cepat untuk membuat gerakan objek di dalam foto “beku”. Beberapa contoh shutter speed yang diperlukan untuk membekukan gerakan objek yang sedang bergerak:
Anak-anak bermain, orang berlari: 1/100
Burung yang sedang terbang: 1/1000

Pada umumnya, kamera digital memiliki mode shutter priority yang dapat digunakan untuk mendapatkan shutter speed tertentu. Pada mode ini, kamera akan menentukan aperture (dan setting lain) yang harus digunakan. Mode ini sangat bermanfaat untuk memotret objek yang bergerak. Pada beberapa kamera bisa juga ditemukan “sports” mode yang pada dasarnya merupakan modifikasi dari shutter priority mode. Informasi mengenai mode-mode lain yang biasanya ada pada kamera konsumen bisa dilihat di digital-photography-school.com .

Shutter speed dapat lebih ditingkatkan lagi dengan menaikkan angka ISO (sensitifitas sensor atau film). Beberapa kamera memiliki fitur Auto ISO, yang kalau menurut saya, lebih baik dimatikan, karena semakin tinggi ISO yang digunakan, semakin “noisy” gambar yang dihasilkan. Lebih baik kita sendiri yang mengaturnya. Kecuali kalau kita termasuk orang yang beruntung dan punya kamera yang mampu menghasilkan gambar yang bersih menggunakan ISO tinggi sekalipun. contoh: Nikon D3 pada ISO 6400 di http://www.kenrockwell.com/.


2. Fokus tepat di objek sasaran

Pada beberapa kondisi, kita bisa bergantung kepada fitur “auto focus” pada kamera (contoh: anak-anak yang sedang bergerak/bermain). Hanya saja, untuk benda yang bergerak sangat cepat (contoh: close-up burung yang sedang terbang), ada beberapa kiat untuk mendapatkan fokus tepat di objek sasaran.

Cara termudah adalah apabila kamera yang digunakan memiliki fitur “continuous autofocus” (AF-C pada Nikon, AI-servo pada Canon). Pada mode tersebut, saat tombol shutter setengah ditekan, kamera akan merubah fokus secara otomatis kepada objek yang bergerak, sampai tombol shutter ditekan secara penuh.

Cara lain adalah dengan memprediksi ke mana arah gerakan objek yang akan difoto dan menentukan titik fokus untuk jarak tertentu. Dengan kamera saku, hal ini dapat dilakukan dengan membidik sebuah objek yang berada pada jarak yang diinginkan (tekan tombol shutter setengah jalan --> fokus --> tahan). Lalu, ketika objek yang ingin difoto hampir berada pada jarak fokus yang telah ditentukan, bidik, lalu tekan tombol shutter secara penuh, Jepret!

3. Blur

Walaupun kiat-kiat di atas dilakukan untuk mencegah blur dan “out of focus” pada objek bergerak di dalam sebuah foto, blur ataupun “out of focus” kadang dapat memberi dimensi lain. Contohnya adalah dengan mengkombinasi benda yang bergerak dan benda statis pada shutter speed yang rendah (benda yang bergerak akan menjadi blur).

Contoh-contoh lain adalah dengan menangkap cahaya yang bergerak (contoh: lampu mobil yang sedang berjalan).



Demikian tips saya, semoga bermanfaat dan salam jepret dari pemula :-)

Senin, 25 Januari 2010

Memotret dengan modus hitam putih (BW)



Foto hitam putih memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan dengan foto berwarna, karena dibalik kesederhanaannya, foto hitam putih memiliki kekuatan dalam penonjolan karakter maupun tekstur. Elemen hitam putih dalam fotografi dapat memperkuat kesan dramatis, misterius tapi tetap abadi tak lekang dimakan waktu. Persis seperti ketika saya membolak-balik foto hitam putih waktu saya kecil dulu, sisi memorinya bisa dengan kuat tertangkap tapi tidak pernah membosankan.


Berikut ada tips tentang bagaimana menghasilkan foto hitam putih yang baik :

1 . Memberi perhatian pada tekstur.

Unsur hitam putih akan terlihat lebih kuat dan nyata pada obyek yang bertekstur dan obyek yang memiliki pola berulang-ulang. Misalnya; keriput pada wajah orang tua, tiang-tiang pada bangunan tua yang tertimpa cahaya dari samping. Jadi jika anda bertemu dengan obyek yang memiliki tekstur atau pola yang sekiranya bagus untuk dibuat foto hitam putih, jangan takut untuk bereksperimen

2 . Memberi perhatian pada kontras.

Fotografi hitam putih adalah tentang menangkap obyek hitam, putih dan nada tone diantaranya. Carilah obyek yang mengandung perbedaan hitam putihnya nyata, karena obyek yang mengandung kontras yang tinggi akan menjadi sebuah foto hitam putih yang enak untuk dilihat.

3 . Ambillah foto dalam modus warna.

Hal ini khususnya ditujukan bagi para pengguna kamera digital. Modus warna pada kamera digital akan merekam rentang warna dengan lebih baik, sehingga memberikan fleksibilitas yang lebih luwes dalam nada warna ketika akan dikonversikan ke dalam hitam putih lewat software editing foto.

4 . Perhatikan cahaya dari samping.

Cahaya dari samping atau sidelighting adalah cara yang paling efektif untuk mengangkat tekstur pada obyek dan menciptakan variasi yang dinamis antara sisi terang dan sisi gelapnya. Efeknya sangat bagus bila diterapkan pada foto hitam putih. Sumber cahaya samping yang alami adalah matahari pagi dan sore.

5 . Melihat dalam hitam putih.

Latihlah mata anda untuk melihat sebuah obyek dalam nada hitam putih. Dengan banyak berlatih, nantinya mata anda akan terbiasa untuk melihat mana obyek yang baik untuk dijadikan foto hitam putih dan mana yang tidak.

Demikian artikel saya, semoga membantu

Salam jepret

Tips memotret dengan memanfaatkan cahaya dari jendela



Window lighting atau cahaya melalui jendela merupakan salah satu seni pencahayaan yang baik untuk digunakan pada pemotretan. Cahaya yang telah melewati kaca jendela akan bersifat lembut yang memang sangat cocok untuk mengangkat karakter orang yang sedang difoto. Karenanya window lighting memang sesuai untuk diaplikasikan pada foto portrait dengan atmosfir yang sejuk dan tenang.

Di bawah ini ada sedikit tips agar anda bisa mengaplikasikan teknik window lighting dengan tepat :

1 . Manfaatkan sinar matahari.

Window lighting praktis dapat dilakukan seharian penuh dari matahari terbit sampai terbenam. Manfaatkan intensitas kekuatan cahaya matahari untuk mood yang berbeda-beda pada foto anda. Misalnya; cahaya matahari pagi dan sore akan lebih lembut jatuhnya daripada siang hari.

2 . Gunakan reflektor.

Cahaya dari jendela akan memberi penerangan yang berlebih pada salah satu sisi obyek, sementara sisi obyek yang satunya akan menjadi lebih gelap karena tertutup bayangan. Gunakan reflektor jika anda tidak ingin sisi obyek yang satunya menjadi terlalu gelap. Reflektor bisa berupa styrofoam berukuran 60cm x 90cm.

3 . Manfaatkan sidelighting.

Cahaya dari window lighting merupakan cahaya yang datang dari samping sehingga sangat ideal untuk mengangkat tekstur serta sisi terang dan gelap dari sebuah obyek. Manfaatkan hal ini untuk menunjukkan karakter orang yang kita foto.

4 . Perubahan intensitas.

Intensitas kekuatan cahaya window lighting mudah sekali berubah-ubah sebab bersumber dari cahaya matahari dan bergantung dari berbagai faktor. Kadang cuaca sedang berawan, langit mendung, atau panas terik. Jadi perhatikan betul detail cahaya yang jatuh pada obyek anda dan bagaimana efeknya.

Demikian tipsnya, semoga bermanfaat.

Salam jepret.

Minggu, 24 Januari 2010

Sexy dalam fotografi



Sexy sering disebut orang sebagai keindahan, tidak ada yang meragukan hal itu. Namun definisi sexy itu sendiri juga bergantung dari selera masing-masing individu. Begitu juga bagi fotografer bisa jauh berbeda dari yang satu dengan yang lain. Tapi di ranah fotografi ada beberapa acuan untuk mendefinisikan seksi tersebut. Untuk definisi sexy bagi para fotografer laki-laki yaitu; cantik, langsing, luwes, enak untuk diajak berkomunikasi dan mudah diarahkan untuk berpose sesuai keinginan fotografer.

Menjadi kegembiraan tersendiri bagi fotografer ketika harus melayani klien yang masuk dalam definisi sexy tadi. Mengapa?

1 . Ketertarikan yang alami pada hal-hal yang bagus, cantik, indah, sexy sudah ada dalam diri tiap manusia.

2 . Eksplorasi bisa lebih dimaksimalkan. Ingin diberi pose yang bagaimanapun, teknik lighting sedramatis apapun, klien sexy pasti selalu enak dilihat.

3 . Kemungkinan lain. Jika memang sesuai dengan kriteria sang fotografer klien sexy tersebut bisa di beri tawaran untuk menjadi model di proyek pribadinya atau menjadi model untuk display foto studio yang bersangkutan.

Tapi sebagai fotografer yang profesional, kita tetap haruslah menjunjung tinggi sikap profesionalitas dalam bekerja dengan tidak mencampuradukan hasrat pribadi dengan tetap melayani berbagai berbagai karakter klien dengan sopan serta menghormati tujuan utama seorang klien yang meminta kepada seorang fotografer untuk menghasilkan karya foto yang baik dan sesuai dengan keinginan klien itu sendiri tanpa mengesampingkan azas kesopanan dan kepatutan.

Demikian sedikit sharingnya, semoga bermanfaat ...

Salam jepret dari pemula

Tips merawat kamera kesayangan


Seorang fotografer dalam kesibukannya terkadang melupakan hal penting yang sangat dibutuhkan oleh kamera, yaitu perawatan. Perawatan kamera yang baik akan menjamin kamera berfungsi dengan baik kapanpun digunakan. Ketika kamera tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya, baru kita sadar kalau kita sudah tidak melakukan perawatan yang seharusnya dilakukan pada sebuah kamera. Tidak seperti ketika masih baru, setiap hari pasti dilap sampai mengkilap. Tapi ketika kesibukan dan pekerjaan sehari-hari sudah menyita waktu, maka perawatan rutinpun terabaikan.

Tips perawatan kamera di bawah ini tidak hanya berlaku pada kamera DSLR, tapi dapat diaplikasikan pada semua jenis kamera :

1 . Merawat bodi kamera.

Bersihkan bagian luar bodi kamera dengan kain yang lembut, gunakan blower untuk menyingkirkan debu yang menempel di sudut-sudut. Pembersihan bagian dalam dimulai dengan menggunakan blower, lalu blower brush untuk kotoran yang membandel, me-lock up mirror ke atas jika ingin memblower bagian sensor. Saya tidak merekomendasikan anda untuk membersihkan sendiri jika ada kotoran yang membandel di bagian sensor kamera karena sensor adalah bagian yang sangat sensitif.

2. Merawat lensa.

Jangan menyentuh bagian optis lensa dengan jari, pasang selalu filter pelindungnya atau gunakan lens hood. Pasang selalu tutup lensa jika tidak sedang digunakan untuk mengurangi resiko debu menempel. Jika ingin membersihkan lensa, gunakan blower terlebih dahulu, lalu lens brush, baru lens cloth jika ada bekas jari yang menempel.

3. Merawat batere.

Jangan mencharge batere secara berlebihan, segera cabut jika sudah penuh. Lepaskan batere dari dalam kamera jika sedang tidak digunakan, usahakan agar hanya memakai batere original.

4 . Merawat kartu memori.

Biasakan untuk menyimpan kartu memori di dalam casingnya agar terhindar dari debu, terpapar benda bermedan magnet dan memperpanjang umur kartu memori.

5 . Penyimpanan kamera.

Jika memiliki dana lebih dapat dipertimbangkan untuk memiliki drybox yang menggunakan alat pengatur kelembaban sebagai tempat penyimpanan kamera atau cara hemat seperti saya, simpan kamera di dalam plastik ber-clip yang diberi silica gel, simpan di tempat kering dan jauhi benda-benda bermagnet.

Dengan cara seperti ini mudah-mudahan peralatan fotografi anda bisa lebih awet dan berumur panjang.

Salam jepret dari pemula....

Mengambil foto dengan sudut/ angle yang tidak biasa



Unusual photo angle atau sudut pengambilan foto yang tidak biasa sering dilakukan atau memang seharusnya dilakukan oleh para fotomania agar obyek-obyek foto yang mereka ambil tidak terasa seperti foto dokumentasi biasa. Hal ini setidaknya bisa memberikan efek yang positif bagi fotomania agar dapat melakukan pendekatan yang kreatif jika menghadapi sebuah masalah dan mencari solusinya di dalam kehidupan sehari-hari.

Gunakan pemikiran yang tidak biasa atau 'out of the box', untuk menemukan sudut-sudut atau angle-angle pengambilan gambar yang tidak biasa, dengan begitu hasil foto kita memiliki nilai lebih dibanding dengan foto yang biasa kita ambil.

Mudah-mudahan tips dan tuntunan di bawah ini memudahkan anda dalam menerapkan pemotretan dengan sudut yang tidak biasa :

1 . Jangan gunakan sudut pandang biasa.

Orang biasa memandang sesuatu dengan cara lurus ke depan, 180*. Kita harus berbeda dari cara seperti itu. Gunakan rumus : agak dari kanan,agak dari kiri, agak dari atas, dan agak dari bawah.

2 . Memanfaatkan efek distorsi.

Lensa sudut lebar ( wide angle ) sekitar 18mm-35mm akan menimbulkan efek distorsi yang unik jika kita dekatkan pada obyek foto kita. Dekatkan pada wajah manusia maka wajah itu akan memanjang, dekatkan pada obyek berbentuk kotak maka ujung-ujung dari obyek tersebut akan lebih pipih atau meruncing.

3 . Berikan ruang kosong.

Sebagai contoh; foto pemandangan pantai yang kosong lalu ditambahkan obyek manusia yang sedang duduk merenung memandangi kejauhan di sudut kirinya. Komposisi yang tidak biasa seperti ini akan memberi nilai lebih karena sudut pandangnya yang tidak biasa. Seperti memberi ruang bagi imajinasi para pemirsanya masing-masing dengan pertanyaan '...kok sebelah sini dibiarkan kosong...kenapa ya?'

4 . Sudut pandang ekstrim.

Pemotretan obyek dari sudut pandang yang ekstrim akan selalu memberi nuansa atau rasa yang berbeda dari pandangan biasa. Misalnya; anak-anak yang sedang bermain kelereng yang difoto dari sudut pandang seekor burung atau ' bird eye view '. Atau orang-orang yang sedang bersepeda di hari Minggu difoto dari sudut pandang seekor kodok. Bisa terbayang, kan?

Pengingat : Obyek akan terlihat berbeda dengan sudut pemotretan yang tidak biasa.

Mudah-mudahan bisa membantu.

Salam jepret!

Pilih mana, Nikon D5000, atau Canon EOS500D ?

Bodi Nikon D5000 dan EOS500D tampak dari atas


Tahun 2009 kemarin ternyata adalah tahun perang mode video pada digital SLR. Bermula pada akhir tahun baru dengan peluncuran Canon 5D mark II dan Nikon D90, tahun ini kemampuan merekam video ini ternyata diturunkan ke kamera kamera untuk pemula yaitu Canon 500D dan Nikon D5000. Hal ini tentunya sangat menguntungkan buat pencinta fotografi, karena bisa mengeksplorasi media video selain fotografi biasa. Selain itu, fitur kamera semakin berkembang seperti setting ISO yang lebih tinggi dan bersih dari noise, resolusi gambar, dan lain-lain.
Di lain pihak, peluncuran kamera pemula seperti Canon 500D dan Nikon D5000 hampir disaat yang bersamaan tentu membuat bingung pemirsa, selain namanya sama-sama mengunakan angka 5, 0 dan huruf D, sama-sama memiliki kemampuan merekam video, dan punya harga jual yang hampir sama. Lalu kamera manakah yang paling cocok?

Kelebihan Canon 500D

Viewfinder sedikit lebih besar (0.87x dibanding to 0.78x)
-15 megapixels (dibanding 12 megapixel)
-ISO sampai 12800
-Proses gambar 14 bit (dibanding 12 bit)
-Ada vertikal grip (beli terpisah)
-Layar lebih besar 3 inci (dibanding 2.7 inci)
-Resolusi layar lebih tinggi (920.000 piksel dibanding 230.000 piksel)
-Waktu rekam 18 menit atau 4GB (dibanding 5 menit)
-Mampu merekam HD full 1080p, meskipun sedikit putus-putus karena hanya 20 fps.
-Kompatibel ke semua jenis lensa Canon EOS baik EF-S atau EF sedangkan Nikon D5000 hanya kompatibel dengan lensa Nikon AF-S dan Sigma HSM
Sedangkan kelebihan Nikon D5000

-Layar LCD yang bisa diputar 360 derajat
-Memotret lebih cepat 4 gambar per detik (dibanding 3.4 per detik)
-Memiliki 11 titik fokus (dibanding 9 titik fokus)
-Memiliki bodi lebih tinggi sehingga pegangan lebih mantap
-Memiliki pilihan 19 scenes yang biasanya terdapat pada kamera kompak
-Analisa secara praktis berdasarkan pengamatan dan pengalaman

Resolusi gambar Canon yang mencapai lebih tinggi 3 megapiksel tidak berarti bahwa gambar yang dihasilkan akan lebih baik, malahan sama saja dengan kamera 10 megapiksel dan menghabiskan media penyimpanan. Tapi kadangkala resolusi besar bisa membantu bila Anda suka meng-krop foto. Misalnya ketika foto olahraga dimana Anda tidak ada waktu untuk mengkomposisi foto secara artistik.

ISO 12800 juga tidak berarti bahwa gambar akan baik. Biasanya kamera dengan sensor krop / kecil, ISO 3200 adalah batasan gambar yang layak. Lebih dari angka itu, gambar terlalu banyak noise sehingga menjadi tidak tajam dan kehilangan banyak detil.

Perbedaan jumlah titik fokus pun tidak signifikan karena penyebaran titik auto fokus antara kedua kamera hampir sama.

Lalu apa yang signifikan yang membedakan kedua kamera tersebut?

Fitur-fitur yang berkaitan dengan Video mode lah jawabannya.

Nikon D5000 memiliki layar yang bisa diputar, ini memudahkan untuk merekam video atau menggambil gambar di sudut-sudut sulit, misalnya diatas kepala atau dibawah kaki. layar semacam ini juga membantu dalam merekam video diri sendiri. Namun sedikit disayangkan bahwa dalam Nikon D5000 ini layar turun kebawah daripada kesamping seperti kamera Olympus E-620 atau kamera superzoom lainnya, akibatnya ketika mengunakan tripod, layarnya terhalangi oleh kaki kaki tripod.

Di lain pihak, layar Canon 500D sedikit lebih besar dan jauh lebih jelas dan tajam. Hal ini penting buat mengecek apakah foto yang diambil benar-benar fokusnya sudah pas atau belum. Ini penting terutama yang suka foto dengan lensa bukaan besar seperti f/1.8 atau f/1.4.

Selain itu, kamera Canon 500D bisa merekam video sampai 18 menit berturut-turut, sedangkan Nikon hanya 5 menit. Untuk sebagian orang, mungkin 5 menit saja sudah cukup, tapi saya pikir 5 menit terlalu pendek. Untuk video Youtube misalnya, 10 menit adalah standar.

Canon 500D juga bisa merekam full HD tapi hanya 20fps. Video akan terlihat kurang mulus. Jadi ini bukan keunggulan signifikan dibanding Nikon D5000.

Hal lain yang menarik untuk disinggung adalah scenes mode pada Nikon D5000 lebih banyak daripada Canon 500D, ini menggambarkan bahwa Nikon D5000 didesain untuk memuluskan transisi dari penguna kamera digital kompak ke sistem DSLR yang semakin terjangkau.

Lalu kamera mana yang terbaik?
Kalau dilihat dari spesifikasi semata, secara keseluruhan Canon 500D memiliki banyak keunggulan baik secara teknis dan kompatibitas.

Tapi kalau secara orang per-orang, tentunya berbeda-beda jawabannya.

Contoh, Bila Anda lebih suka mengunakan live view seperti kamera kompak, maka Nikon D5000 lebih menarik karena layarnya bisa diputar, dan live viewnya juga memiliki Auto focus yang bisa mengikuti objek (belum diketahui keefektifannya).

Sedangkan untuk pengguna DSLR yang lebih berpengalaman dan lebih suka mengunakan viewfinder untuk mengkomposisi gambar, maka Canon 500D lebih baik, karena viewfindernya lebih besar.

Lalu juga perlu diperhatikan kompatibilitas lensa. Nikon D5000 hanya mendukung lensa-lensa Nikon yang berkode AF-S. Meskipun banyak lensa baru yang memiliki AF-S, tapi banyak juga lensa legendaris Nikon yang tidak memiliki hal tersebut seperti lensa-lensa prime/non-zoom seperti 50mm f/1.8 yang harganya relatif murah tapi berkinerja tinggi dibanding lensa-lensa Nikon lainnya. Meski Anda tetap bisa mengunakan lensa tersebut, tapi Anda terpaksa mengunakan manual fokus.

Bagi pengguna yang telah memiliki lensa-lensa merek tertentu, maka sebaiknya mempertimbangkan untuk tetap membeli kamera yang sama mereknya, karena menurut saya, perbedaan antara kedua kamera tidak begitu signifikan.

Selain hal teknis, hal-hal emosional atau lainnya juga berpengaruh. Contoh, pengangan (grip) Nikon terasa lebih nyaman di tangan, atau letak tombol-tombol dan desain Canon terasa lebih pas dihati.

Kesimpulan
Bagi pengguna kompak yang ingin bertransisi ke DSLR, maka Nikon D5000 mungkin bisa lebih menjembatani dibandingkan Canon 500D. Di lain pihak, bila Anda cukup berpengalaman dalam DSLR, dan ingin mencoba-coba merekam video, Canon 500D mungkin lebih cocok.

Yang pasti kedua kamera ini ditujukan ke pemula dan dua-duanya memberikan nilai nilai tambah yang cukup baik dibanding dengan kamera-kamera di tahun sebelumnya.

Semoga informasi saya ini dapat membantu.

Salam jepret

Jumat, 22 Januari 2010

Pagi yang cerah di kota Tua

Sabtu pagi, 23 Januari 2010, pukul 07.00 pagi matahari begitu cerah mengguyur Jakarta. Sebenernya nggak sengaja saya datang kembali ke kota tua, dari tujuan awalku ke Asemka, Jakarta Pusat untuk membeli beberapa keperluan, namun gak tau kenapa koq lingkar setir kendaraanku tiba-tiba menuntunku untuk kesana, hihihihi......... Benar saja, aktifitas begitu ramai, wow langsung kuperiksa jok belakang dan ups... syukurlah kubawa Nikonku, wah...turun barang sebentar ah, kayaknya momen-momen ini sayang untuk dilewatkan .........



Selamat Pagi kota tua....



Please Don't try this at home !!!



An Old Building



Fireman ??



Gedung yang sangat cantik ya ....



Dan batupun ikut bahagia deh... :-)



Sedikit olahan digital buat si cantik .... hmmm over ga ya ??



Ojek bang ojeekk .....



NIKON VS CANON ??


Secara keseluruhan, pilih DSLR Canon ato Nikon? – sudut pandang ekonomis

Barusan ada pembahasan di forum tentang pemilihan kamera digital antara Canon vs. Nikon dilihat dari sisi investasi secara keseluruhan. Seperti kita ketahui, pada saat kita memutuskan untuk membeli sebuah kamera DSLR, sudah barang tentu prosesnya tidak hanya akan berhenti pada pembelian kamera saja (body+lens kit). Pada awalnya mungkin dorongan untuk upgrade, nambah alat, aksesoris tidak begitu besar.. tetapi seiring dengan bertambahnya pengalaman, ilmu, pertemanan, dan baca-baca, kadang dorongan ini menjadi semakin kuat dan bahkan tidak bisa terbendung lagi. Sehingga, anggaran dana pembelian kamera yang pada mulanya hanya terbatas untuk body + lens kit akhirnya harus berubah total menjadi keseluruhan investasi yang bisa dibilang tidak murah.
Nah, kebetulan teman tadi mempunyai rencana untuk melakukan investasi secara total yaitu mulai pembelian body + kit, lensa tambahan, aksesoris, lighting, dan lain-lain. Saya sendiri kurang begitu tahu apa latar belakang pemilihan yang dia lakukan, tetapi dia hanya menekankan pada nilai ekonomis dari keseluruhan investasi yang akan diperoleh jika membeli kamera DSLR Canon atau Nikon.

OK, sekarang langsung saja kita bahas secara singkat. Di sini saya akan menguraikan tentang perkiraan anggaran yang harus dikeluarkan untuk investasi keseluruhan untuk bermain-main dengan kamera digital. Namun, kali ini uraian ini saya batasi pada 3 komponen utama yaitu body, lensa dan lighting. Pemilihan jenis kamera juga saya batasi antara entry level dengan semi pro, dan saya tidakakan mengutak-atik seri kamera full frame atau profesional.

Langsung saja, untuk entry level, di sini ada Canon EOS 450D dan Nikon D60. Dari sisi harga, 450D + lensa kit 18-55is + memory 4g dibanderol dengan harga Rp 8,295,000 dan D60 + lensa 18-55mm VR dibanderol dengan harga Rp 7,125,000. Selanjutnya, untuk semi, ada Canon EOS 50D dan Nikon D300. Dari sisi harga, 50D body only dibanderol dengan harga Rp 14.325.000 dan D300 dibanderol dengan harga Rp 18.949.900. Sekilas di situ terlihat jelas perbedaan harga-harga meski sebenarnya antara keempat lensa itu tidak bisa dibandingkan secara head to head karena masing-masing punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Saya di sini tidak ingin berpihak pada sisi manapun, hanya memberikan gambaran kasar saja bagi yang ingin membeli kamera DSLR, dari kedua merk Canon dan Nikon, keempat kamera tersebut adalah yang bisa dijadikan pilihan.

Berikutnya, pertimbangan masalah lensa. Seperti diketahui, di dalam fotografi peranan lensa sangat penting karena melalui lensa inilah proses penangkapan gambar oleh sensor kamera bisa terjadi. Banyak yang mengajurkan untuk membeli body kamera entry level yang tidak terlalu mahal (misalnya antara memilhi EOS 450D vs. EOS 1000D) tapi dikompensasi dengan pembelian lensa yang premium. Nah, terkait dengan perhitungan total keseluruhan investasi, berikut ini adalah gambaran yang dapat saya ulas, meski sedikit semoga dapat membantu.

Untuk lensa wajib 50mm f/1.8 untuk nikon harganya di kisaran Rp 1.2jt, untuk canon harganya di kisaran Rp 1jt

Untuk lensa wide kelas menengah untuk Nikon ada 16-85mm seharga Rp 6,4jt, dan untuk Canon ada 17-85 mm seharga Rp 6,8jt.

Untuk lensa wide kelas premium untuk Nikon ada 14-24mm f/2.8G ED (1.7x) AF-S seharga Rp 17,7jt, dan untuk Canon ada 16-35mm f/2.8L II USM seharga 17,3jt

Untuk lensa makro Nikon AFS 105mm f/2.8 VR DX Micro G ED harganya 9,045,000 sedangkan EF 100mm f/2.8 Macro USM Harganya RP 6,4jt.

Untuk lensa tele kelas premium nikon 70-200mm f/2.8G IF ED AF-S VR 18,jt, untuk canon ada 3 macem tapi berhubung di sini saya adalah pemakai Canon, saya jadi kurang tahu pasti mana yang patut disandingkan dengan lensa Nikon. Lensa tersebut adalah: 70-200mm f2.8 L USM seharga Rp 14,4jt; 70-200mm f2.8 L IS USM seharga Rp 21,2jt; 70-200mm f4 L USM 8,1jt; 70-200mm f4 L IS USM Seharga Rp 13,1jt.

Berikutnya ada lighting (flash). Lightingnya (flash external) untuk kedua kamera in berada di kelas medium, karena sifatnya portable.


Untuk Canon, ada :

Canon Speedlite 430 Ex II Flash Light 2.859.800
Canon Speedlite 580 EX II Flash Light 4.895.800

Untuk Nikon, ada:

Nikon SB 600 2.290.000
Nikon SB 800 3.450.000

Berikutnya, dari uraian di atas, kita ambil 1 sampel saja. Tarolah entry level yaitu 450D vs. D60. Kalo di itung-itung dari kebutuhan total kedua merk di atas, hasilnya adalah sebagai berikut.

Canon

Canon EOS 450D – kit 8,295,000
Lensa wajib 50mm 1,000,000
Lensa wide premium 17,300,000
Lensa Fix Macro 6,400,000
Lensa Tele premium 21,200,000
Flash 4,895,000

Total 59,090,000


Nikon

Nikon D60 – kit 7,125,000
Lensa wajib 50mm 1,200,000
Lensa wide premium 17,700,000
Lensa Fix Macro 9,045,000
Lensa Tele premium 18,000,000
Flash 3,450,000

total 56,520,000

Selisihnya sekita 4-5jtan. Namun harus diingat, harga-harga di atas adalah pedoman kasar yang belum tentu sesuai dengan harga di lapangan.

Nah, sekarang tinggal kembali ke kejelian dan kebijakan pembaca sekalian dalam menentukan pilihan. Sekali lagi, tulisan ini bukan bermaksud memicu brandwar karena masing-masing merk (Canon vs. Nikon) punya kelebihan dan kekurangan masing-masing, baik dari sisi teknologi, fitur, kenyaman penggunaan dan lain-lain. Uraian di sini hanya memperhitungkan pilihan dari sisi nilai ekonomis saja.

Pilih mana ? Lensa Canon VS Nikon ???


Saat kita akan membeli kamera DSLR, sebaiknya pilihan merk DSLR mana yang akan dibeli perlu memperhitungkan pada kemudahan dan ketersediaan pilihan lensa nantinya. Maka itu produsen DSLR papan atas seperti Canon dan Nikon tetap jadi favorit fotografer, karena jajaran lensa yang dimilikinya amat lengkap. Betul kalau Pentax, Olympus, Sony (Minolta) juga punya koleksi lensa yang lengkap, namun kadang-kadang pemiliki DSLR juga tergoda untuk membeli lensa alternatif seperti Sigma/Tamron/Tokina dan nyatanya lensa alternatif seperti ini tidak banyak menyediakan pilihan lensa dengan mounting selain versi Canon atau Nikon. Belum lagi ketersediaan stok lensa di tanah air tampaknya lebih bersahabat untuk merk Canon dan Nikon saja.

Lensa kamera DSLR terbagi menjadi beberapa macam. Paling sederhana adalah dari jenisnya, yaitu lensa tetap (fix/prime) dan lensa zoom (variabel rentang fokal). Lensa zoom juga akan terbagi dua, yaitu yang bukaannya konstan (fix f/2.8, fix f/4 dsb) atau yang bukaannya variabel (mengecil saat di zoom). Dari ukuran diameter lensa juga ada dua macam lensa DSLR, yaitu lensa untuk SLR film/DSLR full frame, dan lensa dengan diameter lebih kecil (untuk APS-C). Dari segi teknologi juga lensa terbagi dua, dengan motor fokus (dan mikro-chip) di dalam lensa dan tanpa motor fokus (lensa lama). Dengan banyaknya perbedaan ini, wajar kalau para fotografer pemula (seperti saya) menjadi kebingungan saat melihat lensa yang dijual di pasaran, apalagi harganya pun bisa bervariasi dari satu juta hingga puluhan juta.

Sekedar mengenal jajaran lensa Canon dan Nikon, saya sajikan daftar head-to-head lensa favorit para fotografer beserta sedikit ulasannya. Tapi sebelumnya, saya sajikan dulu terminologi atau istilah dari keduanya supaya tidak bingung :

Ukuran diameter lensa : Canon memakai istilah EF dan EF-S, perhatikan kalau kode EF menunjukkan diameter yang besar (untuk SLR film dan DSLR Full Frame) sementara EF-S adalah untuk sensor APS-C yang image circle lebih kecil. Demikian juga lensa Nikon, yang berkode DX artinya hanya untuk kamera Nikon DX saja. Lensa Nikon tanpa kode DX artinya bisa dipakai di SLR Nikon film atau DSLR Nikon full-frame (meski di DSLR Nikon DX pun tetap bisa).
Teknologi : Canon memiliki lensa dengan motor fokus USM (Ultra Sonic Motor) di dalamnya, tapi tidak semua lensa Canon terbaru memakai motor USM. Motor USM sendiri terkenal akan kehalusannya, kecepatannya dan akurasinya, dan lensa Canon dengan teknologi USM relatif mahal. Sebaliknya, semua lensa Nikon berteknologi AF-S pasti ada motor fokus SWM (Silent Wave Motor), sementara lensa lama Nikon AF atau AF-D tidak ada motornya. Meski semua lensa AF-S ada motor SWM, tapi kinerja motor itu tidak sama antara lensa mahal dan lensa murah. Motor SWM di lensa murah lebih lambat dalam mengunci fokus.
Optical Image Stabilizer : Baik Canon dan Nikon memiliki kesamaan dalam menerapkan sistem stabilizer pada lensa, dimana artinya tidak semua lensa memiliki fitur ini. Cara kerjanya yaitu gyro-sensor di dalam lensa mendeteksi getaran tangan dan melakukan kompensasi dengan menggerakkan elemen lensa khusus sehingga foto yang diambil pada speed rendah (dan/atau posisi tele) terhindar dari resiko blur. Canon menamai sistem ini dengan kode IS (Image Stabilizer), sementara Nikon memakai kode VR (Vibration Reduction). Baik IS dan VR, keduanya dapat menampilkan efek stabilisasi pada viewfinder optik, sebelum foto diambil.
Pembagian kasta : Di lensa Canon terdapat dua kasta lensa, yaitu lensa biasa dan lensa Luxury (L series, ditandai gelang merah diujungnya). Nikon tidak membedakan kasta pada lensanya, hanya saja lensa Nikon baru disederhanakan dengan meniadakan ring aperture, ditandai dengan kode G (gelded).
Lensa prime / fix

Lensa fix punya ketajaman tak tertandingi oleh lensa zoom, dengan bukaan yang umumnya besar, sehingga cocok untuk dipakai foto potret dengan bokeh yang menawan. Canon dan Nikon sama-sama punya jajaran lensa fix yang lengkap, dengan fokal mulai dari wide (sekitar 20mm), normal (sekitar 50mm) hingga tele (sekitar 100mm). Perhatikan kalau semua lensa fix Canon adalah berkode EF, dengan beberapa diantaranya memakai kode L dan USM.

Beberapa lensa fix kelas elit dari Canon adalah :

EF 24mm f/1.4L USM
EF 50mm f/1.2L USM
EF 85mm f/1.2L II USM
Sementara Nikon punya jajaran lensa prime yang bukaan maksimal di f/1.4 seperti yang baru saja diluncurkan yaitu AF-S 50mm f/1.4G. Sedangkan lensa fix ekonomis dan favorit dari Canon adalah EF 50mm f/1.8, dan dari Nikon adalah AF 50mm f/1.8D. Selain itu, Nikon juga punya prime yang wide seperti AF 14mm f/2.8D ED dan prime tele seperti AF 85mm f/1.4D IF, dan prime micro seperti AF-S 105mm f/2.8D VR ED. Bicara soal lensa prime tele, baik Canon maupun Nikon punya jajaran lensa tele yang lengkap mulai dari 135mm, 180mm, 200mm, 300mm, 400mm, 500mm dan 600mm (Canon bahkan punya yang 800mm dan 1.200mm), beberapa dilengkapi dengan IS atau VR.

Lensa zoom : wideangle

Bila lensa fix tidak memberi keleluasaan untuk berganti posisi fokal, maka lensa zoom memungkinkan kita untuk merubah fokal dalam rentang tertentu sehingga bisa didapat berbagai variasi komposisi (dan terhindar dari sering maju mundur). Lensa zoom wideangle umumnya bermula dari 14 sampai 24mm, namun perhatikan kalau dipakai di kamera dengan crop factor (1,6x untuk Canon APS-C, 1,3x untuk Canon 1Ds dan 1,5x untuk Nikon), maka panjang fokalnya akan banyak berubah. Untuk itu, produsen lensa harus berusaha ekstra keras untuk mendesain lensa yang amat wide supaya saat terkena crop factor, lensa tersebut masih layak disebut lensa wide.

Untuk kebutuhan fotografi wideangle seperti landscape dan arsitektur, pemakai Canon sensor APS-C hanya bisa menikmati lensa wide EF-S 10-22mm f/3.5-4.5 USM, sementara pemakai Nikon DX bisa menjajal lensa anyar yaitu AF-S DX 10-24mm f/3.5-4.5G IF ED. Untuk pemakai Nikon Full frame, tersedia Nikon AF-S 14-24mm f/2.8G ED. Sayangnya dari pihak Canon belum tersedia lensa EF yang sepadan dengan Nikon 14-24mm f/2.8 ini.

Lensa zoom : standar

Rentang zoom standar merupakan rentang aman, dengan kemampuan wide dan tele yang mencukupi sehingga untuk bepergian cukup dengan membawa satu lensa saja ini saja. Kabar gembira bagi pemakai Nikon DX karena tersedia banyak lensa Nikon DX yang berkualitas dan terjangkau (seperti lensa kit D40 18-55mm), diantaranya :

AF-S DX 16-85mm f/3.5-5.6G ED VR
AF-S DX 17-55mm f/2.8G IF ED (bukaan konstan)
AF-S DX 18-70mm f/3.5-4.5G IF ED (kitnya D70)
AF-S DX 18-105mm f/3.5-5.6G VR (kitnya D90)
AF-S DX 18-135mm f/3.5-5.6G IF ED (kitnya D80)
AF-S DX 18-200mm f/3.5-5.6G VR IF ED (sapu jagad)
Ketersediaan banyak pilihan lensa standar DX yang murah dan berkualitas inilah yang menjadikan banyak fotografer yang non profesional memilih kamera DSLR Nikon, meski banyaknya pilihan ini juga dikritik beberapa pengamat karena banyaknya overlap dalam rentang lensa dan umumnya punya bukaan lensa yang mirip (semestinya Nikon mulai membuat lensa standar bukaan konstan f/4).

Sementara bagi pemakai Canon APS-C yang perlu lensa EF-S tampaknya harus cukup bersabar karena sementara ini hanya tersedia lensa EF-S berikut ini (tidak termasuk 18-55mm) :

EF-S 17-55mm f/2.8 IS USM (bukaan konstan)
EF-S 17-85mm f/4-5.6 IS USM
EF-S 18-200mm f/3.5-5.6 IS (sapu jagad – non USM)
Kondisi menjadi berbalik saat kita melihat jajaran lensa Full frame, dimana Canon punya ciri khas dengan menyediakan dua pilihan lensa untuk seri EF-nya, yaitu lensa bukaan konstan yang cepat (f/2.8 ) dan lensa bukaan konstan yang ekonomis (f/4). Sementara Nikon hanya menyediakan lensa bukaan cepat f/2.8 yang mahal saja.

Lensa Canon EF standar yang favorit (L series) :

EF 16-35mm f/2.8L USM
EF 17-40mm f/4L USM
EF 24-70mm f/2.8L USM
EF 24-105mm f/4L IS USM
Sementara sebagai padanannya, di jajaran Nikon juga terdapat dua lensa zoom standar yang menjadi favorit :

AF-S 17-35mm f/2.8D IF ED
AF-S 24-70mm f/2.8G ED
Sebagai catatan, masih banyak lensa lain dari Canon EF ataupun Nikon non DX untuk rentang standar seperti 28-80mm, 28-105mm, dan 28-200mm, namun karena lensa ini bermula dari 28mm, maka bila terkena crop factor akan menjadi tidak umum (sekitar 43mm) sehingga kurang disukai pemakai DSLR Canon APS-C ataupun Nikon DX.

Lensa zoom : tele ???

Kita mulai di kelas APS-C atau kelas DX. Nikon terkenal akan lensa telenya yang ekonomis, AF-S DX 55-200mm f/4-5.6G IF-ED VR sementara Canon menawarkan kemampuan tele lebih panjang dengan EF-S 55-250mm f/4-5.6 IS. Canon sendiri sebenarnya punya lensa lawas dengan rentang 55-200mm tapi bukan EF-S dan sudah diskontinu.

Selanjutnya, di kelas Full-frame, persaingan head-to-head berimbang terjadi di dua kelas, yaitu kelas 70-300mm dan kelas 70-200mm bukaan konstan. Canon punya EF 70-300mm f/4-5.6 IS USM dan Nikon punya AF-S 70-300mm f/4.5-5.6G IF ED VR yang mana keduanya disukai banyak fotografer karena harganya terjangkau dan kemampuan telenya lumayan jauh di 300mm (ekuivalen 450mm). Di kelas lensa bukaan konstan 70-200mm, ketimpangan terjadi saat Nikon yang hanya punya satu produk lensa harus bersaing dengan empat (ya, empat) lensa Canon 70-200mm. Nikon mengandalkan AF-S 70-200mm f/2.8G IF ED VR sementara Canon punya empat pilihan yaitu :

EF 70-200mm f/2.8L IS USM (cepat, plus IS)
EF 70-200mm f/2.8L USM (cepat,tanpa IS)
EF 70-200mm f/4L IS USM (hemat,plus IS)
EF 70-200mm f/4L USM (paling hemat, tanpa IS)
Sementara untuk keperluan lensa tele zoom khusus baik Canon maupun Nikon juga punya rentang yang tidak umum seperti :

Canon EF 90-300mm f/4.5-5.6 USM
Canon EF 100-400mm f/4.5-5.6L IS USM
Nikon AF 80-400mm f/4.5-5.6D ED VR
Nikon AF-S 200-400mm f/4G IF ED VR
Nah, itulah beberapa daftar line-up lensa dari Canon maupun Nikon yang umum digunakan para fotografer. Pilihan lensa dari keduanya memang tergolong cukup lengkap, sehingga tak heran para profesional banyak yang melirik DSLR dari Canon ataupun Nikon. Hanya saja kita harus mencermati kebutuhan lensa kita (sebelum membeli DSLR), bila sudah perlu satu lensa spesifik maka memilih kamera DSLR tentu tidak jadi masalah. Sekali kita menentukan merk kamera, maka kita akan terikat pada sistem yang semerk, seperti lensa dan lampu kilat.

Sebagai penutup, berikut kesimpulan singkat dari ulasan diatas :

istilah yang umum dijumpai di lensa Canon : EF, EF-S, USM, IS, L series
istilah yang umum dijumpai di lensa Nikon : AF, AF-S, SWM, VR, DX
Canon dan Nikon sama-sama punya lensa fix yang lengkap
Di kelas lensa zoom wideangle, Nikon punya koleksi lebih lengkap
Di kelas lensa standar zoom, Nikon lebih lengkap di lensa kelas DX, sementara Canon lebih lengkap di kelas lensa full-frame
Di kelas lensa tele, Canon dan Nikon sama-sama punya koleksi yang lengkap (catatan Canon 70-200mm punya empat varian)
Nikon tidak banyak punya lensa bukaan konstan f/4 (seperti AF-S DX 12-24mm f/4G IF ED)
Untuk mendapat kinerja optik tertinggi (plus teknologi USM) dari lensa Canon, bisa didapat dari lensa Canon L series.

Kamis, 21 Januari 2010

Memotret di waktu malam

Memotret di waktu malam, tentunya sangat berbeda dibandingkan dengan memotret di siang hari, dimana pencahayaan dari matahari begitu baik. Memotret malam hari dengan pencahayaan yang minim, jika diambil dengan teknik yang benar, akan menghasilkan foto yang unik. Teknik yang umum dilakukan adalah dengan menyetel shutter release time yang panjang dan bukaan lensa yang memadai sehingga foto yang dihasilkan dapat lebih berdimensi dan under exposed. Penggunaan tripod juga sangat membantu agar efek shake atau blur dari foto yang dihasilkan dapat diminimalisir. Berikut beberapa foto saya yang saya ambil di waktu malam hari, Semoga tulisan saya bermanfaat .....

My Office at Night

Artha Gading in night view

Jalan Pramuka's traffic


Apartment Mall of Indonesia @ night

Another side of Artha Gading in night

Mengungkap rahasia foto bagus



Tulisan ini merupakan saduran dari artikel di photosecrets.com, saya menyukainya dan lebih suka membacanya dalam bahasa sendiri, dengan gaya sendiri. Awalnya saya publikasikan di thread forum, namun untuk kemaslahatan bersama saya pindahkan ke halaman artikel. Mudah-mudahan bermanfaat, khususnya bagi saya dan pemula lainnya, dan bagi para senior yang fotonya tentu bagus-bagus. Tetapi tentu saja, tanpa latihan dan usaha yang gigih, artikel ini hanya akan menjadi kisah nyata yang biasa kita baca di surat kabar.

Kita punya teman bernama fotografi, teman sempurna dalam berpergian, dinas ke daerah, ziarah, piknik, mudik atau mendaki bukit. Fotografi bikin kita percaya diri jelajahi tempat yang kita kunjungi, orang-orang yang kita jumpai; fotografi bikin perjalanan jadi lebih berarti, dan bersamanya kita nikmati asyiknya mencintai seni. Fotografi membuat kita lebih bersyukur atas anugerah penglihatan dan kesempatan melihat tanda-tanda keagungan Ilahi. Nikmat yang tak dapat diukur dan ditakar.

Fotografi menjadi alasan kuat untuk aktivitas kita, pergi mengunjungi berbagai tempat yang sebelumnya tak punya niat, pulang telat, membeli alat, dst. Hasrat membara untuk dapatkan bidikan yang mantap mendorong kita bersusah payah mengeksplore sebuah tempat hingga semak belukar, memutar-mutari apa yang akan kita ambil gambarnya, mencari-cari sudut pengambilan untuk menemukan keunikan dan keindahan yang tak terlupakan, kadang pencarian ini juga beresiko fatal jika tidak dilakukan dengan hati-hati dan perhitungan nalar.

Menemukan viewpoint terbaik adalah perisitiwa besar, jantung anda berdebar, lama mata anda menatapnya dengan berbinar, anda mungkin berpikir, apakah ini waktu yang tepat untuk mengambil gambar, anda mungkin akan mendirikan tenda dan menunggu moment terbaik dari waktu ke waktu, dari fajar hingga asar, dari Maret hingga Desember. Anda menjadi seorang yang ulet dan sabar.

Ketika anda menekan shutter release, anda mengikat sebuah jalinan pribadi yang manis dengan tempat dan orang-orangnya. Anda di sana . Fotografi melindungi kenangan perjumpaan anda dengan apa yang ada di dalamnya. Lalu kita perlihatkan kepada yang lain tentang tempat dan suasana yang menarik di mana kita pernah di sana , pemandangan yang menakjubkan, orang-orang yang mengagumkan. Jiwa anda pun tergambar.

Gambar-gambar suka mempengaruhi pikiran kita, suka menggoda kita, memaksa kita untuk bermain di dalamnya atau berimajinasi dengannya. Foto-foto yang kita buat dapat mendorong orang lain untuk ingin mengalami sendiri keindahan atau keasyikan yang disajikan foto tersebut. Tentu saja, foto pemandangan yang indah dan model yang seksi akan membangkitkan keinginan dan imajinasi yang berbeda. Keinginan yang timbul tanpa sadar.

Siapa saja bisa menjadi anggota fotografer.net. Artinya siapa saja bisa memotret. Dengan tambahan pikiran kreatif dan usaha yang tak kenal surut, anda dapat menciptakan gambar hebat yang menunjukkan kreasi dan interpretasi anda terhadap apa yang anda lihat dan jepret. Memang kecepatan dan percepatan pencapaian tiap orang akan berbeda, satu bisa terkejar yang lain, tetapi tak apa itu wajar. Tak usah gusar.

Untungnya, bagus tak perlu mahal, foto bagus bisa dibuat dengan peralatan minimalis dan sedikit pengetahuan data teknis. Rahasianya adalah melihat secara artistik dan kritis. The art of seeing. Bisikanlah pertanyaan ini di dalam hati: Apa yang saya lihat, dan bagaimana saya melihatnya? Sebuah foto bagus punya kualitas yang menunjukkan keahlian, rasa seni, ketertarikan, dan kepribadian dari fotografernya. Maka kita bisa tahu foto bagus siapa. Tapi tak bisa tahu foto jelek siapa, tanya kenapa?

So, keep jepret sajalah, just capture when seeing good moment ... semoga tulisan ini bermanfaat :-)

Apa sih Exposure Value (EV) ?


EV = Exposure Value

Nilai EV adalah perpaduan antara shutter speed dan diafragma, bisa juga dikatakan sebagai nilai seberapa terang/gelap foto tersebut.

Angka EV adalah angka untuk 1 kali exposure (1 frame 1 take), tidak berlaku untuk double/multi exposure. Lebih lengkap lagi, EV adalah hasil perhitungan antara speed, diafragma, dan ISO. Berikut ini rumusnya:

EV = log2(aperture2 x (1/shutter speed) x (ISO sensitivity/100))

Dalam fotografi, EV adalah banyaknya sinar yang diperlukan untuk 1 kali exposure, angka EV juga melambangkan perpaduan yang pas antara shutter speed dengan diafragma untuk mendapatkan exposure normal, tidak kurang dan tidak lebih.

Jadi misalnya, Anda berada di ruangan A mendapatkan speed 1/125 dan diafragma 5.6 serta ISO 100. Berarti nilai EV adalah 12. Dan ketika Anda berada di ruangan B Anda mendapatkan diafragma 4, maka untuk mendapatkan nilai EV (besar gelap/terang) yang sama, Anda sebaiknya menggunakan speed 1/250 Karena nilai EV 1/125 & 5.6 dengan 1/250 & 4 adalah sama.

Di dalam feature kamera, beda EV dapat kita atur sesuai dengan keperluan, mengubah beda EV di kamera sama dengan mengubah kompensasi exposure.Beda kompensasi ada yang 1/2 atau 1/3. Di kamera saya, Canon Powershot A70, dalam mode P,Av, dan TV, EV dapat diatur seperti hal diatas. Kalau dalam mode Manual (M), beda EV dapat dicari dengan mengkombinasikan speed dan diafragma.

Sering kita lihat dalam spesifikasi kamera ada tulisan (contoh): SLR Light Meter : EV 1-20 at ISO 100 and f/1.4 Ini berarti jika Anda menggunakan lensa dengan diafragma f1.4 dan film ISO 100, pembuat kamera menjamin pembacaan nilai EV dari nilai 1-20 akan akurat.

Akan tetapi jika anda menggunakan lensa dengan diafragma f/4.0, light meter kamera akan membaca beda 3 stop, maka akan pembacaan light meter akan akurat di nilai EV 4-23.

Catatan: dengan menggunakan lensa yang berbeda maka tingkat keterangan suatu foto akan berbeda. Tetapi jika menggunakan film dengan ISO yang berbeda, maka tingkat keterangan suatu foto akan sama.

Rabu, 20 Januari 2010

Sekilas Tentang Komposisi dalam Fotografi


Komposisi secara sederhana diartikan sebagai cara menata elemen-elemen dalam gambar, elemen-elemen ini mencakup garis, shape, form, warna, terang dan gelap. Cara anda menata komposisi dalam jendela bidik akan diinterprestasikan kemudian setelah foto anda tersebut dicetak. Yang paling utama dari aspek komposisi adalah menghasilkan visual impact- sebuah kemampuan untuk menyampaikan perasaan yang anda inginkan untuk berekspresi dalam foto anda. Dengan demikian anda perlu menata sedemikian rupa agar tujuan anda tercapai, apakah itu untuk menyampaikan kesan statis dan diam atau sesuatumengejutkan, beda, eksentrik. Dalam komposisi klasik selalu ada satu titik perhatian yang pertama menarik perhatian. Hal ini terjadi karena penataan posisi, subordinasi, kontras cahaya atau intensitas subjek dibandingkan sekitarnya atau pengaturan sedemikian rupa yang membentuk arah yang membawa perhatian pengamat pada satu titik.

Secara keseluruhan, komposisi klasik yang baik memiliki proporsi yang menyenangkan. Ada keseimbangan antara gelap dan terang, antara bentuk padat dan ruang terbuka atau warna-warna cerah dengan warna-warna redup. Pada kesempatan-kesempatan tertentu, bila dibutuhkan mungkin anda akan membutuhkan komposisi anda seluruhnya simetris. Seringkali gambar yang anda buat lebih dinamis dan secara visual lebih menarik bila anda menempatkan subjek ditengah. Anda harus menghindari sebuah garis pembagi biarpun itu vertikal.

Untuk menghindari sebuah gambar yang dinamis diperlukan juga kehadiran irama. Irama ini terjadi karena adanya pengulangan berkali-kali sebuah objek yang berukuran kecil. Kehadiran irama dalam gambar mengesankan adanya suatu gerakan.

•Garis
Fotografer yang baik kerap menggunakan garis pada karya-karya mereka untuk membawa perhatian pengamat pada subjek utama. Garis juga dapat menimbulkan kesan kedalaman dan memperlihatkan gerak pada gambar. Ketika garis-garis itu sendiri digunakan sebagai subjek, yang terjadi adalah gambar-gambar menjadi menarik perhatian. Tidak penting apakah garis itu lurus, melingkar atau melengkung, membawa mata keluar dari gambar. Yang penting garis-garis itu menjadi dinamis.

•Shape
Salah satu formula paling sederhana yang dapat membuat sebuah foto menarik perhatian adalah dengan memberi prioritas pada sebuah elemen visual. Shape adalah salah satunya. Kita umumnya menganggap shape sebagai outline yang tercipta karena sebuah shape terbentuk, pada intinya, subjek foto, gambar dianggap memiliki kekuatan visual dan kualitas abstrak. Untuk membuat shape menonjol, anda harus mampu memisahkan shape tersebut dari lingkungan sekitarnya atau dari latar belakang yang terlalu ramai. Untuk membuat kontras kuat antara shape dan sekitarnya yang membentuk shape tersebut. Kontras ini dapat terjadi sebagai akibat dari perbedaan gelap terang atau perbedaan warna.
Sebuah shape tentu saja tidak berdiri sendiri. Ketika masuk kedalam sebuah pemandangan yang berisi dua atau lebih shape yang sama, kita juga dapat meng-crop salah satu shape untuk memperkuat kualitas gambar.

•Form
Ketika shape sendiri dapat mengindentifikasikan objek, masih diperlukan form untuk memberi kesan padat dan tiga dimensi. Hal ini merupakan faktor penting untuk menciptakan kesan kedalaman dan realitas. Kualitas ini tercipta dari bentukan cahaya dan tone yang kemudian membentuk garis-garis dari sebuah objek. Faktor penting yang menentukan bagaimana form terbentuk adalah arah dan kualitas cahaya yang mengenai objek tersebut.

•Tekstur
Sebuah foto dengan gambar teksur yang menonjol dapat merupakan sebuah bentuk kreatif dari shape atau pattern. Jika memadai, tekstur akan memberikan realisme pada foto, membawa kedalaman dan kesan tiga dimensi ke subyek anda.
Tekstur dapat terlihat jelas pada dua sisi yang berbeda. Ada tekstur yang dapat ditemukan bila kita mendekatkan diri pada subyek untuk memperbesar apa yang kita lihat, misalnya bila kita ingin memotret tekstur permukaan sehelai daun. Ada pula saat dimana kita harus mundur karena subyek yang kita tuju adalah pemandangan yang sangat luas. Tekstur juga muncul ketika cahaya menerpa sebuah permukaan dengan sudut rendah, membentuk bayangan yang sama dalam area tertentu.
Memotret tekstur dianggap berhasil bila pemotret dapat mengkomunikasikan sedemikian rupa sehingga pengamat foto seolah dapat merasakan permukaan tersebut bila menyentuhnya. Sama seperti pattern, tekstur paling baik ditampilkan dengan beberapa variasi dan nampak melebar hingga keluar batas gambar.

•Patterns
Pattern yang berupa pengulangan shape, garis dan warna adalah elemen visual lainnya yang dapat menjadi unsur penarik perhatian utama. Keberadaan pengulangan itu menimbulkan kesan ritmik dan harmoni dalam gambar. Tapi, terlalu banyak keseragaman akan mengakibatkan gambar menjadi membosankan. Rahasia penggunaan pattern adalah menemukan variasi yang mampu menangkap perhatian pemerhati.
Pattern biasanya paling baik diungkapkan dengan merata. Walaupun pencahayaan dan sudut bidikan kamera membuat sebuah gambar cenderung kurang kesan kedalamannya dan memungkinkan sesuatu yang berulangkali menjadi menonjol.
Dengan mempelajari prinsip-prinsip komposisi di atas, berikut ini adalah beberapa jenis yang dapat anda gunakan :

•Rule of thirds
Bayangkan ada garis-garis panduan yang membentuk sembilan buah empat persegi panjang yang sama besar pada sebuah gambar. Elemen-elemen gambar yang muncul di sudut-sudut persegi panjang pusat akan mendapat daya tarik maksimum.

•Format : Horizon atau Vertikal
Proporsi empat persegi panjang pada viewinder memungkinkan kita untuk melakukan pemotretan dalam format landscape/horizontal atau vertikal/portrait. Perbedaan pengambilan format dapat menimbulkan efek berbeda pada komposisi akhir. Lihatlah pada jendela bidik secara horizontal maupun vertikal dan tentukan keputusan kreatif untuk hasil terbaik.

•Keep it simple
Dalam beberapa keadaan, pilihan terbaik adalah keep it simple. Sangat sulit bagi orang yang melihat sebuah foto apabila terlalu banyak titik yang menarik perhatian. Umumnya makin �ramai� sebuah gambar, makin kurang menarik gambar itu. Cobalah berkonsentrasi pada satu titik perhatian dan maksimalkan daya tariknya.

•Picture scale
Sebuah gambar yang nampak biasa namun menjadi menarik karena ada sebuah titik kecil yang menarik perhatian. Dengan pemotretan landscape atau monument, kembangkan daya tarik pemotretan dengan menambahkan obyek yang diketahui besarnya sebagai titik perhatian untuk memberikan kesan perbandingan skala.

•Horizons
Merubah keseimbangan langit dan tanah dapat mengubah pemandangan gambar secara radikal. Bila gambar hampir dipenuhi oleh langit akan memberikan kesan polos terbuka dan lebar tapi bila langit hanya disisakan sedikit di bagian atas gambar, akan timbul kesan penuh.

•Leading lines
Garis yang membawa mata orang yang melihat foto ke dalam gambar atau melintas gambar. Umumnya garis-garis ini berbentuk :
Garis-garis yang terlihat secara fisik misalnya marka jalan atau tidak terlihat secara langsung misalnya bayangan, refleksi.

•Be different
Barangkali ada bidikan-bidikan lain yang dapat diambil selain pendekatan dari depan dan memotret paralel ke tanah. Bergerak mendekat dari yang diduga seringkali menghasilkan efek yang menarik.

•Colour
Membuat bagian dari gambar menonjol dari background. Cara utama untuk memperoleh hal ini adalah memperoleh subyek yang warna atau nadanya berbeda secara radikal dengan background.

•Framing
Bila subyek secara khusus mempunyai bentuk yang kuat, penuh frame dengan subyek. Baik itu dengan cara menggunakan lensa dengan fokus lebih panjang atau bergerak mendekati subyek.

•Shooting position
Ketika kita merasa jenuh dengan komposisi yang itu-itu saja, cobalah meurbah sudut pandang sepenuhnya. Misalnya posisi duduk ke posisi berdiri atau pengambilan bidikan dari atas atau bawah dari subyek.

•Number of subject
Pemotretan dengan banyak subyek yang relatif seragam, kurang menarik dari pandangan komposisi. Temukanlah salah satu subyek yang berbeda diantara sekian banyak subyek tersebut. Berbeda diartikan berbeda gerakan, bentuk dan warna.

Demikian sekilas komposisi dalam fotografi, semoga artikel saya membantu.

Dasar Pencahayaan


Orang kadang membedakan antar teknik pemotretan outdoor dgn indoor. Padahal semuanya sama. Pada dasarnya ada main light (Sumber cahaya utama) dan ada fill in light (Sumber cahaya pengisi).

Kalau di outdoor main light nya adalah matahari dan fill in nya adalah pantulan cahaya matahari yg tdk langsung mantul melalui tanah, langit, batu, laut dll. Kalau di indoor juga sama. Harus ada main light dan kemudian fill in nya bisa 1 atau lebih tergantung efek yg mau diangkat.Perbedaan kekuatan pencahayaan antara main light dan fill in yg akan menimbulkan contrast.

Matahari pagi langsung dimana unsur UVnya masih rendah dgn sudut sinar yg miring ditambah dgn pantulan cahaya dr sekitarnya membuat sudut pencahayaan yg menarik dgn tingkat contrast yg tinggi. Matahari yg terlindung awan mengakibatkan mainlight yg dihasilkan tdk jauh berbeda dgn fill in hasil pantulan sekitarnya menimbulkan efek flat / tanpa dimensi yg teduh. Di Indoor hal ini juga bisa dibuat; sudut datangnya sinar, tingkat kekontrasan, tingkat kekesasan dll.

Perbedaan utama antara outdoor dan indoor terletak pada factor kendali. Kalau outdoor kendali ada pada alam. Manusia hanya memanfaatkan / mengoptimumkan kondisi yg sedang terjadi. Di indoor manusia yg pegang kendali. Sudut sinar, efek keras / halus, kekontrasan, dll bisa di set sesuai keinginan.


Menghasilkan karya foto yang indah rasanya sudah menjadi suatu hasrat yang umum di kalangan pelaku seni fotografi. Bahkan seringkali menjadi suatu obsesi bagi sebagian mereka. Dalam upayanya, maka digelarlah puluhan lomba foto ini-itu dengan intensitas dan frekuensi yang sangat tinggi. Mulai dari lomba foto tingkat klub sampai lomba paling bergengsi a la Salon Foto Indonesia. Membajirlah ratusan bahkan ribuan foto-foto juara yang telah diapresiasi dan dinilai sebagai foto yang "bagus", "indah","eksotis", "unik", dan seribu penghargaan lainnya.


Sebagai seorang pengamat sekaligus pelaku seni -yang awam dan sangat tidak dikenal- di luar dunia fotografi, sayapun terbawa ke dalam antusiasme untuk mencoba ikut menikmati foto-foto hasil hiruk-pikuk lomba melukis dengan cahaya ini. Pertanyaan yg paling awal muncul dlm diri sendiri "bagaimana membuat sebuah foto yang indah?"

Apakah sebuah foto yg "indah" adalah sebuah foto dalam definisi keindahan yang sangat eksplisit (bentuk, warna, komposisi, gelap-terang, pola) semata? Semuanya cukup berhenti di sana? Bukankah keindahan adalah sesuatu yg sangat subyektif dan pribadi sifatnya?. Bagaimana mungkin seperangkat aturan yg standard dan general bisa menangkap seluruh dimensi perasaan banyak manusia lain? Saya tidak bicara soal kesempurnaan teori/format/teknis sebuah foto, karena semua foto yg dibilang bagus itu tentulah sudah dinilai "layak lomba" dan oleh karena itu secara teknis tentulah sudah dikatakan "layak jadi juara". Namun seperti yang juga saya pernah baca, bukankah foto yg indah tidak selalu foto yang benar secara teknis??.

Saya pun mulai banyak bertanya kepada diri sendiri. Beberapa pekan dalam keraguan dan kebimbangan. Berdialog dengan teman, sahabat, dan hati nurani...

Keindahan membutuhkan "rasa", esensi kesadaran paling mendalam dari si pelaku seni yang mengalir melalui hasrat dan panca inderanya dan akhirnya mewujud kedalam karya seninya. Sebuah lukisan adalah juga cermin jiwa si pelukis. "It's not a painting, it's me". Dan rasa sangatlah subyektif sifatnya, karena ia terbentuk pada tataran alam bahwa sadar oleh pengalaman-pengalaman pribadi individu dalam berinteraksi dengan orang-orang, kultur, dan alam di sekitarnya.

Keindahan, jadinya sangatlah subyektif sifatnya. Indah menurut saya, belum tentu dibilang indah menurut orang lain. Dalam session penjurian foto misalnya, sesudah terpenuhinya aspek teknikal fotografi, seringkali sebuah foto dinilai 9 "istimewa" dan pada saat yang sama juga dinilai 1 "jelek sekali" oleh juri yang lain. Bukan karena masalah format/teknisnya, tapi lebih karena ternyata "rasa"-nya tidak selalu nyambung dengan "rasa" seluruh anggota jurinya.

Oleh karena itu, jika karya foto hendak ditempatkan sebagai suatu "karya seni" dan ingin diapresiasi sebagai sebuah karya seni, maka seyogianya ia harus diperlakukan sebagaimana kita mengapresiasi karya seni lainnya seperti seni lukis, seni patung, seni batik, seni sastra/puisi, dan lain-lain. Rasanya hampir tidak pernah kita dengar ada lomba lukis kecuali untuk anak-anak. Hampir tidak ada lomba seni patung, kecuali untuk pembuatan monumen yang spesifikasi wujudnya sudah jelas. Hampir tidak ada lomba lukis batik kecuali dlm program mempromosikan museum yg semakin sepi.

Pujangga-pujangga puisi saat ini justru mereka yg berani melepaskan diri dari format2 baku yg ada. Pada kenyataannya, para pelaku seni itu terus berkreasi dan terus berekspresi melalui medianya masing-masing, dengan gayanyanya masing-masing, untuk mengkspresikan "rasa" individu masing-masing. Everybody is unique. Mencoba menilai sederetan karya seni dengan suatu kriteria teoritis/format/teknis baku sama artinya dgn melakukan standarisasi impresi. Suatu tindakan yg justru bertentangan dengan spirit berkesenian yang membebaskan! Membebaskan pelaku seni dari tuntutan untuk mengorbankan "rasa" demi mengikuti selera orang lain (mohon bedakan antara sebuah karya seni sebagai "seni" dengan sebuah karya seni sebagai "komoditi"). Membebaskan penikmat seni dari segala acuan formal tentang "bagaimana membaca dan mengapresiasi suatu karya seni" serta kriteria baku bagus-tidak bagusnya suatu karya seni. Bukankah tidak semua orang menyukai gaya melukisnya Affandi? Tapi siapa yang bilang kalau lukisannya Affandi "lebih jelek" dari lukisannya Basuki Abdullah?.

Just shoot and keep learn...

Human Expression

Human ekspression, ekspresi natural mempunyai kekuatan tersendiri dalam fotografi, berikut beberapa cuplikan foto yang terekam...


Menyusuri Jalan Hidup ??


Playing together in sand ??


Ufghhhh......so hot here today

Still and Move



ZZZZzzzzzzz.......I'm so Tired



Alone ???


Si badung Alta :-)


Demo lagi yuk Yah.....


Berbagai mimik ekspresi terekam dengan baik


Keponakanku, Ziza yang sedang belajar menggambar